Mendapatkan air bersih, sehat dan layak minum saat ini memang tidak mudah. Ada air yang jernih tapi ternyata memiliki kandungan zat-zat berbahaya yang tinggi. Ada juga air yang tidak memiliki kandungan zat-zat berbahaya namun terlihat keruh sehingga orang-orang enggan untuk meminumnya.
Ciri-ciri air yang layak minum antara lain:
1. Jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
2 Suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas.
3. Bebas unsur-unsur kimia yang berbahaya seperti besi (Fe), seng (Zn), raksa (Hg) dan mangan (Mn).
4. Tidak mengandung unsur mikrobiologi yang membahayakan seperti coli tinja dan total coliforms.
Melenyapkan Bakteri dan Logam Berat
Untuk mengatasi kondisi air tanah yang tercemar dan terhindar dari dampak buruk logam dan bakteri, seperti E-coli, Arie Herlambang, peneliti air dari BPPT memberikan beberapa langkah untuk mendapatkan air bersih bebas kuman dan logam, yaitu :
Untuk sumur terbuka, salah satu cara mengatasi bakteri dengan kaporit dalam jumlah tepat. Untuk satu sumur cukup dengan satu sendok makan, bekteri di dalam sumur sudah mati.
Untuk sumur pompa, kaporit sebagai desinfektan dapat diberikan di bak penampungan. Selain sebagai desinfektan, pada daerah berkadar besi dan mangan yang tinggi, kaporit juga berfungsi untuk mengoksidasi logam yang terkandung dalam air.
Biasanya air akan berwarna merah atau kekuning-kuningan tanda telah terjadi oksidasi. Biarkan saja sebentar agar mengendap. Setelah itu baru disaring.
Untuk lebih menggumpalkan endapan, bisa juga menambahkan tawas, kemudian diaduk satu arah. Biarkan selama lima belas menit, endapan masih melayang-layang akan menggumpal dan lebih mudah disaring.
Kadar kaporit yang digunakan, jangan sampai berbau menyengat. Karena bila memasuki paru bisa terjadi oksidasi, dan berefek karsinogen. Selain itu kaporit yang berlebihan juga bisa membunuh mikroorganisme baik dalam tubuh.
Penyaringan secara fisik dengan ijuk, kerikil, pasir, dan tawas sudah jarang dipakai, karena tidak praktis.
Teknologi penyaringan air secara umum dimulai dengan penyaringan makro untuk memisahkan air dari partikel berukuran besar, lalu diendapkan, seperti lumpur. Setelah itu dilakukan proses penggumpalan agar lebih mudah mengendap. Setelah mengendap kotoran disaring menggunakan saringan berukuran 0,2 mm - 0,1 mm. Setelah itu air memasuki saringan mikro dengan ukuran 5 - 1 mikron. Pada saat ini air telah sangat jernih, tetapi belum tentu higienis. Untuk itu air harus melewati proses desinfektan dengan cara menggunakan klorin maupun gas, hidrogen peroksida (H2O2), sinar ultra violet (UV), atau dengan ozon. Tetapi pengolahan instalasi air untuk publik biasanya menggunakan kaporit, karena memiliki tingkat residual yang lebih jauh. Sehingga jika terjadi kebocoran pipa, kemampuan desinfektannya bisa terus berjalan.
Desinfektan menggunakan sinar UV bertujuan memandukan bakteri dengan radiasi sinar. Sedangkan ozon atau O3 memiliki fungsi yang sama dengan kaporit yaitu sebagai oksidator juga radikal bebas yang dapat membunuh bakteri.
Ciri-ciri air yang layak minum antara lain:
1. Jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
2 Suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas.
3. Bebas unsur-unsur kimia yang berbahaya seperti besi (Fe), seng (Zn), raksa (Hg) dan mangan (Mn).
4. Tidak mengandung unsur mikrobiologi yang membahayakan seperti coli tinja dan total coliforms.
Melenyapkan Bakteri dan Logam Berat
Untuk mengatasi kondisi air tanah yang tercemar dan terhindar dari dampak buruk logam dan bakteri, seperti E-coli, Arie Herlambang, peneliti air dari BPPT memberikan beberapa langkah untuk mendapatkan air bersih bebas kuman dan logam, yaitu :
Untuk sumur terbuka, salah satu cara mengatasi bakteri dengan kaporit dalam jumlah tepat. Untuk satu sumur cukup dengan satu sendok makan, bekteri di dalam sumur sudah mati.
Untuk sumur pompa, kaporit sebagai desinfektan dapat diberikan di bak penampungan. Selain sebagai desinfektan, pada daerah berkadar besi dan mangan yang tinggi, kaporit juga berfungsi untuk mengoksidasi logam yang terkandung dalam air.
Biasanya air akan berwarna merah atau kekuning-kuningan tanda telah terjadi oksidasi. Biarkan saja sebentar agar mengendap. Setelah itu baru disaring.
Untuk lebih menggumpalkan endapan, bisa juga menambahkan tawas, kemudian diaduk satu arah. Biarkan selama lima belas menit, endapan masih melayang-layang akan menggumpal dan lebih mudah disaring.
Kadar kaporit yang digunakan, jangan sampai berbau menyengat. Karena bila memasuki paru bisa terjadi oksidasi, dan berefek karsinogen. Selain itu kaporit yang berlebihan juga bisa membunuh mikroorganisme baik dalam tubuh.
Penyaringan secara fisik dengan ijuk, kerikil, pasir, dan tawas sudah jarang dipakai, karena tidak praktis.
Teknologi penyaringan air secara umum dimulai dengan penyaringan makro untuk memisahkan air dari partikel berukuran besar, lalu diendapkan, seperti lumpur. Setelah itu dilakukan proses penggumpalan agar lebih mudah mengendap. Setelah mengendap kotoran disaring menggunakan saringan berukuran 0,2 mm - 0,1 mm. Setelah itu air memasuki saringan mikro dengan ukuran 5 - 1 mikron. Pada saat ini air telah sangat jernih, tetapi belum tentu higienis. Untuk itu air harus melewati proses desinfektan dengan cara menggunakan klorin maupun gas, hidrogen peroksida (H2O2), sinar ultra violet (UV), atau dengan ozon. Tetapi pengolahan instalasi air untuk publik biasanya menggunakan kaporit, karena memiliki tingkat residual yang lebih jauh. Sehingga jika terjadi kebocoran pipa, kemampuan desinfektannya bisa terus berjalan.
Desinfektan menggunakan sinar UV bertujuan memandukan bakteri dengan radiasi sinar. Sedangkan ozon atau O3 memiliki fungsi yang sama dengan kaporit yaitu sebagai oksidator juga radikal bebas yang dapat membunuh bakteri.
Rizka Afriani
H1E109034
H1E109034
Tidak ada komentar:
Posting Komentar